Kamis, 22 Desember 2016

Museum Negeri Sonobudoyo


MUSEUM NEGERI SONOBUDOYO, MUSEUM TERLENGKAP KEDUA SETELAH MUSEUM NASIONAL INDONESIA


Museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasilbudaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. (PP No. 19 Tahun 1995)
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Banyaknya budaya tersebut merupakan ciri khas dari Indonesia itu sendiri. Semakin banyaknya kekayaan yang dimiliki, semakin membuat iri negara lain sampai mereka merasa ingin memiliki. Hal ini menjadikan Indonesia perlu menjaga kekayaan tersebut engan cara mengabadikaannya agar menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki kekayaan tersebut. Atas dasar tersebut, kini di Indonesia banyak didirikan museum yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, salahsatunya adalah Museun Negeri Sonobudoyo. Sonobudoyo terdiri atas dua kata, yakni sono/ asana yang berarti tempat dan budoyo atau budaya. Sehingga Museum Negeri Sonobudoyo merupakan tempat penyimpanan budaya.
Museum Negeri Sonobudoyo berasal dari sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang kebudayaan Jawa, Madura, Bali dan Lombok. Yayasan ini berdiri di Surakarta pada tahun 1919 bernama Java Instituut. Museum Sonobudoyo ini dibangun pada tahun 1934 dan diresmikan pada tanggal 6 November 1935 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Bangunan museum menggunakan tanah bekas “Shouten” tanah hadiah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Hingga saat ini, di tahun 2016 Museum Negeri Sonobudoyo sudah berusia 81 tahun dengan koleksi mencapai kurang lebih sebanyak 63.000 buah.
Museum Negeri Sonobudoyo didirikan dengan tujuan antara lain untuk mengumpulkan, melestarikan dan membina warisan  budaya yang selanjutnya disajikan kepada umum. Dalam perkembangannya kemudian dimanfaatkan sebagai obyek penelitian, obyek penikmat seni sekaligus sebagai obyek wisata, sehingga diharapkan fungsi Museum tidak hanya  bersifat rekreatif tetapi juga bersifat edukatif cultural mengenai sejarah perkembangan kebudayaan umat manusia.Bangunan Museum Sonobudoyo merupakan rumah joglo dengan arsitektur yang terinspirasi oleh masjid keraton kesepuhan Cirebon karena mereka ingin menjadikan museum ini sebagai tempat laiknya pendopo. Banguna dari Museum Negeri Sonobudoyo ini didesain oleh Ir Th Karsten. Namun penulisngnya desain bangunan yang ditampilkan kurang menggambarkan isi dari koleksi museum itu sendiri. Mengingat hanya sedikit gambaran yang didapat.
Pada masa pendudukan Jepang, Museum Sonobudoyo dikelola oleh Bupati Paniradyapati Wiyata Praja (Kantor Sosial bagian pengajaran). Di jaman Kemerdekaan kemudian dikelola oleh Bupati Utorodyopati Budaya Prawito yaitu jajaran pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selanjutnya pada akhir tahun 1974 Museum Sonobudoyo diserahkan ke Pemerintah Pusat / Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan secara langsung bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal dengan berlakunya Undang-undang No. 22 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan kewenangan Provinsi sebagai Otonomi Daerah. Museum Sonobudoyo mulai Januari 2001 bergabung pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi DIY diusulkan menjadi UPTD Perda No. 7/ Th. 2002 Tgl. 3 Agustus 2002 tentang pembentukan dan organisasi UPTD pada Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan SK Gubernur No. 161/ Th. 2002 Tgl. 4 Nopember tentang TU – Poksi.
Museum dengan jenis etnografi ini terletak di Jalan Trikora/ Pangurakan No. 6. Telepon/ Fax. (0274) 385664, Ngupasan, Gondomanan, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122. Karena berada di sekitar pusat daerah wisata seperti alun-alun timur keraton Yogya, maka museum ini mudah ditemukan. Gedungnya yang besar menjadikan wisatawan mampu mengenali lokasi tersebut dengan mudah.

Gambar 1. Lokasi Negeri Sonobudoyo

Tempat parkirnya yang luas menjadikan kita leluasa untuk mengunjungi museum ini sekalipun kita mengunjunginya secara rombongan. Letaknya yang strategis menjadikan museum ini selalu berpeluang untuk dikunjungi wisatawan.
Pada hari kamis, tanggal 24 November 2016, penulis sempat berkunjung ke Museum Negeri Sonobudoyo. Pada saat penulis berada di bagian depan, pengunjung merasa kurang tertarik, karena jika dari parkiran, pintu masuk hanya berupa gerbang. Namun ketika penulis mulai memasuki gerbang, penulis langsung melihat pintu depan (tempat pembelian karcis) dan disambut oleh hiburan gamelan. Ternyata konsep yang diciptakan oleh pihak museum adalah menyiapkan pihak yang menyambut dengan live musik gamelan di bagian ruang pertemuan pendopo (bagian depan).
Gambar 2. Tampilan museum dari depan (gerbang utama)

Gambar 3. Tampilan depan museum
Sumber: Dwi Fuji Lestari




Gambar 4. Sambutan menggunakan musik gamelan
Sumber: Dwi Fuji Lestari

Museum Nasional Sonobudoyo ini mengangkat tema kebudayaan Jawa, Madura, bali, dan Lombok, dimana koleksi yang dipamerkannya pun merupakan segala hal yang berkaitan dengan budaya dari keempat daerah tersebut. Tema ini diambil karena keberadaan museum yang erat hubungannya dengan sebuah yayasan masa Kolonial Java Institut dibidang kebudayaan Jawa, Madura, bali, dan Lombok sebagai pencetus berdirinya Museum Sonobudoyo.
Museum Sonobudoyo ini merupakan museum yang dibuka secara umum, selain itu tidak ada pemeriksaan terhadap pengunjung, hal ini menyebabkan mudahnya pencuri untuk masuk. Namun untuk pencurian sendiri museum memasangkan alarm pada setiap koleksi, khususnya bagi koleksi yang riskan. Pihak museum juga menggunakan lemari kaca yang berkunci, sehingga tidak sembarang orang dapat membuka lemari tersebut. Selain itu, museum ini juga memasangkan CCTV yang dapat memantau gerak-gerik pengunjung yang mencurigakan. Sehingga hal ini dapat meminimalisir tindak pencurian. Hal yang perlu diperbaiki adalah karena ukuran museumnya yang sempit dan tidak adanya jalur darurat, hal ini sedikit menyulitkan petugas museum untuk mengevakuasi koleksi jika terjadi bencana. Walaupun demikian, untuk mengantisipasi terjadinya bencana, pihak museum juga menyediakan Alat Pemadam Api Ringan(APAR), alarm kebakaran, dan sebagainya.
Gambar 5.  Alarm
Sumber: Dwi Fuji Lestari





Gambar 6. Contoh koleksi dalam lemari kaca yang disertakan lubang kunci
Sumber: Dwi Fuji Lestari

Bagi pengunjung yang pertama kali mengunjungi museum ini pasti agak merasa bingung dengan konsep bangunan yang disajikan, namun petugas museum sangat memperhatikan pengunjung, hal ini dapat dilihat dari setiap penawaran untuk menjadi tourguide/ pemandu pada setiap pengunjung. Sehingga dengan adanya pemandu yang siap menjelaskan museum secara rinci, maka pengunjung tidak akan kebingungan lagi.
Pengunjung tidak dapat menentukan tema secara bebas, mengingat sudah ada tema yang disediakan dengan jelas. Selain itu, pengunjung tidak diperbolehkan untuk makan dan minum didalam museum, karena ini sudah menjadi peraturan dalam museum ini. Aturan ini dibuat dengan alasan untuk menjaga koleksi agar tetap terlindungi dari kotoran dan bekas sisa makanan.
Museum ini masih kurang ramah terhadap difabel, mengingat fasilitas yang disedikan masih kurang. Namun, sambutan disiapkan dengan ramah dan meriah. Mengingat para petugas selalu menyapa pengunjung serta hiburan gamelan yang dijadikan sambutan ialah selalu disiarkan secara langsung.
Museum Negeri Sonobudoyo ini memiliki 10 Jenis Koleksi, yakni Jenis Koleksi Geologika, Biologika, Ethnografika, Arkeologi, Numismatika/ Heraldika, Historika, Filologika, Keramologika, Senirupa, Teknologika dengan 13 ruangan:


1. Ruangan Pengenalan
2. Ruangan Pra Sejarah
3. Ruangan Klasik dan Islam
4. Ruangan Batik
5. Ruangan Wayang Kulit
6. Ruangan Wayang Golek
7. Ruangan Topeng
8. Ruangan Jawa Tengah
9. Ruangan Logam
10. Candi Bentar
11. Ruangan Senjata
12. Ruangan Permainan Tradisional
13. Ruangan Bali







Gambar 7. Contoh koleksi yang dimiliki oleh Museum Negeri Sonobudoyo
Sumber: Dwi Fuji Lestari

Petugas di museum ini sangat memedulikan koleksi, hal ini dapat dilihat dari peraturan untuk pengunjung selama berada di museum, lalu tempat sekitar yang bersih, dipasangnya alarm pada koleksi, informasi mengenai koleksi yang disediakan melalui label, dan seterusnya. Selain itu, koleksi dibersihkan setiap hari senin. Namun sayangnya petugas tidak pernah mengganti tata letak koleksi dalam artian menjadikan display sebagai ruang pamer tetap.
Tata letak koleksinya terarah, namun ruangan yang sempit menjadikan display koleksi menjadi terkesan sempit dan padat. Hal ini juga menjadikan ruang gerak pengunjung menjadi berkurang. Karena ruangnya yang terbatas, maka untuk penulis sendiri penulis merasa tidak nyaman. Namun rencananya, petugas akan memperluas museum dengan cara membuat museum baru di tempat yang masih dekat dengan Museum Sonobudoyo (eks koni).
Selain ruang pamer, museum juga menyediakan fasilitas lain yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung, fasilitas tersebut diantaranya adalah layanan manuskrip dan perpustakaan. Hal ini tentu akan meningkatkan intelektual dan pendidikan pengunjung. Setelah berkunjung ke Museum Sonobudoyo, diharapkan pengunjung dapat terpenuhi kebutuhan pendidikannya, sosialnya, intelektualnya bahkan sampai rekreasinya.
Untuk museum sendiri dapat dikunjungi oleh semua usia, namun untuk sasaran informasi hanya dapat diberikan kepada segelintir orang yang sedikit mengerti tentang museum itu sendiri. Rata-rata label yang disediakan hanyalah menjawab tentang “WHAT” namun uniknya tidak hanya disediakan dalam bahasa Indonesia, label pada koleksi juga dijelaskan menggunakan bahasa Inggris. Label disediakan dengan cukup terbaca, sehingga pengunjung tidak memerlukan alat bantu lain.


Gambar 8. Contoh label koleksi
Sumber: Dwi Fuji Lestari

Agar pengunjung memahami isi koleksi, maka petugas museum menyediakan fasilitas visual. Namun karena pada saat penulis berkunjung, layar tersebut tidak sensitif (dalam keadaan rusak), sehingga penulis tidak dapat menggunakan fasilitas tersebut dan mengandalkan informasi dari pemandu. Selain meminta bantuan kepada pemandu, agar informasi dapat tetap diperoleh, museum juga menyediakan web dan brosur yang memberikan ringkasan informasi tentang museum itu sendiri.
Bagi penikmat museum, tempat ini menjadi tempat yang wajib dikunjungi. Ditambah mengenai issue bahwa museum ini merupakan museum terlengkap kedua setelah Museum Nasional Republik Indonesia.
Penulis akan menjadikan museum ini menjadi rekomendasi destinasi tempat wisata. Sehingga jika penulis berkesempatan untuk bermain ke Yogya lagi, maka penulis akan memasukkan museum ini ke daftar tempat yang akan dikunjungi. Tidak hanya untuk penulis sendiri, namun penulis akan mengajak semua rekan penulis untuk menikmati museum ini.


Daftar Pustaka

Museum Negeri Sonobudoyo. 2016. (Tanpa Judul). [online] tersedia di: http://www.sonobudoyo.com/id
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 tentang Museum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar